Cari Blog Ini

Rabu, 27 April 2016

Makan Berlebihan Potensi Stroke



TIGA bulan lagi, Puasa Ramadan mulai. Satu bulan sudah umat muslim terbiasa makan secara teratur yaitu saat sahur dan berbuka, serta tidak makan secara berlebihan. Selama berpuasa, kadar konsumsi junk food ataupun camilan yang tidak sehat pun berkurang karena kegiatan mengonsumsi makanan jenis ini tidak dilakukan pada siang hari.

Tibalah hari Lebaran. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, hari raya Idul Fitri merupakan symbol kemenangan yang biasanya dirayakan dengan meriah. Kemeriaan ini tidak lepas dari terhidangnya berbagai makanan lezat serta penganan yang menggugah selera

Lebaran pun dijadikan ajang balas dendam. Semua makanan tampak menarik, sayang jika tidak dicoba. Akhirnya, tak terasa semua makanan pun dicicipi, dari mulai ketupat, gulai atau opor, sambal goreng ati, rendang, semur daging sapi, hingga kue taart.

Segala jenis makanan yang dihidangkan memang sangat menggoda, tetapi jangan sampai lupa diri. Selain pentingnya menahan diri, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik bagi kesehatan.

Menurut dr Ekky M Rahardja, ahli gizi medik dari Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, makan secara berlebihan berpeluang memicu berbagai penyakit pencernaan. Bahkan  kandungan lemak, minyak, dan kolesterolnya memicu kemunculan penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, jantung coroner, hingga stroke.

Gangguan pencernaan atau dispepsi bisa terjadi karena ketidaksiapan enzim pencernaan dalam tubuh. Enzim yang biasanya tersedia  untuk makanan dalam porsi puasa, tiba-tiba harus dihasilkan  dalam jumlah banyak karena bahan yang harus dicerna cukup banyak, sehingga enzim pencernaan menjadi tidak cukup.

“Tidak cukupnya enzim pencernaan membuat partikel makanan tidak dapat dipecah menjadi molekul yang sederhana, dan tidak bisa diserap tubuh,” ujar Ekky.

Jika tidak bisa diserap, apa yang terjadi? Akan terjadi pembusukan di usus, lalu bahan yang membusuk bisa menjadi racun bagi tubuh. Sebagian  racun akan dikeluarkan tubuh dalam bentuk gas yang berbau busuk, sebagian lagi akan diserap oleh saluran pencernaan tubuh. Racun  yang diserap tubuh akan menuju hati sehingga hati harus bekerja keras untuk menetralkan racun (detoksifikasi) karena jika tidak dinetralkan kita bisa mati keracunan. Pada saat bekerja berat menetralisasi racun, hati membutuhkan banyak oksigen. Hal ini yang menyebabkan timbulnya rasa kantuk jika kita makan berlebihan. “Biasanya rasa lemas malah membuat seseorang kembali makan,” tentu itu bukan solusi yang tepat karena malah memperparah,” tutur  dokter dari RS Siloam, Jakarta ini.

Gangguan pencernaan lain, misalnya osmotik diare. Diare jenis ini disebabkan adanya molekul-molekul yang menarik air di dalam saluran cerna kita. Misalnya saja karbohidrat yang tidak dicerna dengan baik akan menarik air. Akibatnya air di dalam usus bertambah dan terjadilah osmotik diare.

Selain itu, lemak yang tidak tercerna dengan baik bisa menyebabkan steatorhea dengan gejala mencret-mencret.

Bukan hanya itu, makan berlebihan secara tiba-tiba dapat menjadi pemicu penyakit yang lebih berbahaya seperti diabetes.

Tubuh yang biasa mengolah karbohidrat dalam jumlah rendah saat berpuasa tiba-tiba dihadapkan pada jumlah karbohidrat yang lebih besar dari biasanya.” Hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan gula darah. Lalu hormon insulin  akan lelah dan tidak bisa diproduksi  dengan cukup, muncullah diabetes,” kata Ekky. (IJ/0-2)  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...