STROKE tidak hanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Namun, penyakit ini dapat pula diakibatkan penyumbatan gumpalan darah (emboli) pada pembuluh darah otak yang dipicu suatu jenis gangguan irama jantung (aritmia) yang disebut fibrilasi atrial.
DIBANDINGKAN dengan aritmia yang lain, fibrilasi atrial (FA) merupakan gangguan irama yang paling sering terjadi. Di Amerika diperkirakan terdapat 2,2 juta orang menderita gangguan ini. Tiap tahun terdapat sekitar 160.000 kasus baru.
FA sebelumnya dianggap gangguan sepele yang tidak memiliki implikasi klinis serius sehingga kurang mendapat perhatian. Namun, kini anggapan tersebut berbalik.
Aritmia yang dikenal sejak tahun 1909 ini ternyata merupakan faktor risiko independen kuat terhadap stroke emboli.
Penderita FA memiliki kemungkinan enam kali lipat mengalami stroke dibandingkan mereka dengan irama jantung yang normal (irama sinus). Angka kematian pun dua kali lipat lebih tinggi pada penderita FA dibandingkan mereka dengan irama sinus. Penderita FA umumnya mengeluh berdebar-debar, sesak, capai, lemas, dan pusing.
Namun, ada pula penderita yang tidak merasakan kehadiran FA. Hasil Cardiovascular Health Study (1997) menunjukkan bahwa sekitar 12 persen penderita FA terdeteksi secara kebetulan saat dilakukan rekaman elektrokardiografi (EKG) pada cek kesehatan rutin.
Denyut cepat dan tidak teratur
Jantung yang terdiri atas dua serambi dan dua bilik memiliki sel-sel pemicu dan sistem konduksi listrik intrinsik.
Denyut jantung normal diawali dari pacu jantung alami (natural pacemaker) yang terletak di bagian belakang atas serambi kanan yang disebut sinoatrial (SA) node. Secara teratur, SA node mengeluarkan impuls listrik dengan kecepatan dipengaruhi saraf otonom.
Impuls listrik dari serambi sebelum menyebar cepat ke bilik jantung akan mengalami penundaan sejenak selama sepersepuluh detik di atrioventrikel (VA) node yang terletak di perbatasan serambi dan bilik. Penundaan ini bertujuan memberi kesempatan kedua serambi memompa darah tambahan ke dalam bilik jantung, yang berfungsi sebagai mesin pompa utama.
Selanjutnya bilik kiri akan memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak, melalui pembuluh-pembuluh arteri. Adapun bilik kanan memompa darah ke paru-paru. Sebagian besar orang memiliki denyut jantung istirahat berkisar 60 - 80 kali per menit.
Pada penderita FA, serambi berkontraksi secara cepat dan tak teratur dengan laju 400 - 600 kali per menit. Untunglah AV node yang berperan sebagai pintu gerbang hanya mengizinkan satu atau dua pertiga impuls listrik serambi ini untuk diteruskan ke bilik jantung. Walaupun demikian, kerap bilik jantung berdenyut terlalu cepat dengan laju110 - 180 per menit.
Abnormalitas eletrik ini yang menyebabkan jantung berdenyut dengan tidak karuan, kadang cepat sekali kadang lambat. Keadaan ini menyebabkan kontraksi efektif serambi jantung hilang sehingga darah cenderung lambat mengalir. Darah yang stasis ini dapat memicu sistem pembekuan darah sehingga memungkinkan terbentuk trombus (gumpalan-gumpalan darah). Trombus dapat menggelinding bersama-sama aliran darah menuju ke pembuluh darah otak sehingga menimbulkan sumbatan yang berakibat stroke.
Gerakan sirkus
Mekanisme sebenarnya abnormalitas elektrik jantung yang bermula dari serambi ini masih terus diselidiki. Moe dan kawan-kawan pada tahun 1962 memperkenalkan teori yang dikenal dengan multiple wavelet theory yang hingga kini masih dipakai.
Dengan menggunakan model yang dirancang dari komputer kuno, Moe dan kawan-kawan membuktikan bahwa sejumlah gelombang elektrik yang berputar-putar bagaikan gerakan sirkus di serambi jantung inilah yang mencetuskan aktivitas litrik bertubi-tubi dan tidak teratur ke bilik jantung.
Namun, yang menarik adalah temuan Dr Haissaguerre, ilmuan asal Perancis. Ia membuktikan bahwa sumber aktivitas listrik yang tak terkoordinasi ini ternyata sebagian besar berasal dari "luar" jantung, yaitu pada muara pembuluh-pembuluh darah balik paru yang menuju serambi kiri (vena-vena pulmonalis). Temuan Haisaguerre sepuluh tahun silam ini sekarang semakin terbukti dan memunculkan teknik baru mengatasi FA.
"Holiday heart"
Gangguan irama ini biasanya terjadi lantaran perubahan struktur serambi jantung karena berbagai penyakit kardiovaskular, seperti payah jantung, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner, dan hipertensi.
Namun, penyakit non kardiovaskular, seperti diabets mellitus, hipertiroid, maupun penyakit paru, berisiko pula mengalami gangguan irama jantung ini. Terdapat pula penderita FA tanpa penyakit penyerta yang disebut Lone AF. Penyebab Lone AF diduga disebabkan oleh mutasi kromosom walaupun gen-gen yang bertanggung jawab terhadap hal itu belum teridentifikasi.
Aritmia ini juga kerap dialami para pencandu alkohol sehingga dikenal istilah holiday heart, akibat bermabuk-mabukan di hari libur. Minuman yang mengandung kafein, obat-obat flu, antialergi, serta obat asma (golongan beta agonist) dapat pula mencetuskan gangguan irama ini, terutama kepada mereka dengan penyakit-penyakit seperti di atas.
FA memang dapat terjadi pada setiap lapisan usia, namun prevalensi semakin meningkat pada orang tua, laki-laki dilaporkan lebih banyak menderita gangguan ini dibandingkan dengan wanita.
Terapi
Secara ideal, terapi FA adalah menghentikan impuls listrik "nakal" sehingga irama jantung kembali normal. Untuk itu terdapat sejumlah pilihan terapi, baik dengan obat-obat golongan antiaritmia, kejut jantung, operasi, maupun dengan teknik ablasi transkateter. Pilihan terapi ditentukan sesuai karakteristik permaslahan penderita masing-masing.
Walaupun demikian, teknik terapi ablasi kini semakin diminati karena tingkat keberhasilan yang tinggi, melampaui pilihan terapi yang lain. Teknik ablasi ini hanya memerlukan sayatan kecil di pelipatan paha untuk memasukkan kateter elektroda.
Melalui elektroda inilah energi radiofrekuensi ditembakkan hingga ":membakar" sekaligus mengisolsi sumber impuls listrik ekstra sehingga tidak lagi dapat mengganggu irama jantung normal.
Pada sejumlah penderita ternyata tidak mudah untuk menghentikan aritmia ini, terlebih kepada mereka yang sudah lama menderita dan telah terdapat perubahan struktur serambi.
Untuk itu, pada mereka, strategi memperlambat laju impuls listrik yang menuju bilik jantung kini dipandang cukup memadai (walaupun irama masih FA). Namun, yang penting pula diperhatikan adalah mengatasi penyakit dasar atau pencetus yang bertanggung jawab terhadap kejadian FA. Last but not least, pemberian obat pengencer darah harus secara rutin diminum untuk mengurangi risiko stroke.
Dr A Fauzi Yahya SpJP
FA sebelumnya dianggap gangguan sepele yang tidak memiliki implikasi klinis serius sehingga kurang mendapat perhatian. Namun, kini anggapan tersebut berbalik.
Aritmia yang dikenal sejak tahun 1909 ini ternyata merupakan faktor risiko independen kuat terhadap stroke emboli.
Penderita FA memiliki kemungkinan enam kali lipat mengalami stroke dibandingkan mereka dengan irama jantung yang normal (irama sinus). Angka kematian pun dua kali lipat lebih tinggi pada penderita FA dibandingkan mereka dengan irama sinus. Penderita FA umumnya mengeluh berdebar-debar, sesak, capai, lemas, dan pusing.
Namun, ada pula penderita yang tidak merasakan kehadiran FA. Hasil Cardiovascular Health Study (1997) menunjukkan bahwa sekitar 12 persen penderita FA terdeteksi secara kebetulan saat dilakukan rekaman elektrokardiografi (EKG) pada cek kesehatan rutin.
Denyut cepat dan tidak teratur
Jantung yang terdiri atas dua serambi dan dua bilik memiliki sel-sel pemicu dan sistem konduksi listrik intrinsik.
Denyut jantung normal diawali dari pacu jantung alami (natural pacemaker) yang terletak di bagian belakang atas serambi kanan yang disebut sinoatrial (SA) node. Secara teratur, SA node mengeluarkan impuls listrik dengan kecepatan dipengaruhi saraf otonom.
Impuls listrik dari serambi sebelum menyebar cepat ke bilik jantung akan mengalami penundaan sejenak selama sepersepuluh detik di atrioventrikel (VA) node yang terletak di perbatasan serambi dan bilik. Penundaan ini bertujuan memberi kesempatan kedua serambi memompa darah tambahan ke dalam bilik jantung, yang berfungsi sebagai mesin pompa utama.
Selanjutnya bilik kiri akan memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak, melalui pembuluh-pembuluh arteri. Adapun bilik kanan memompa darah ke paru-paru. Sebagian besar orang memiliki denyut jantung istirahat berkisar 60 - 80 kali per menit.
Pada penderita FA, serambi berkontraksi secara cepat dan tak teratur dengan laju 400 - 600 kali per menit. Untunglah AV node yang berperan sebagai pintu gerbang hanya mengizinkan satu atau dua pertiga impuls listrik serambi ini untuk diteruskan ke bilik jantung. Walaupun demikian, kerap bilik jantung berdenyut terlalu cepat dengan laju110 - 180 per menit.
Abnormalitas eletrik ini yang menyebabkan jantung berdenyut dengan tidak karuan, kadang cepat sekali kadang lambat. Keadaan ini menyebabkan kontraksi efektif serambi jantung hilang sehingga darah cenderung lambat mengalir. Darah yang stasis ini dapat memicu sistem pembekuan darah sehingga memungkinkan terbentuk trombus (gumpalan-gumpalan darah). Trombus dapat menggelinding bersama-sama aliran darah menuju ke pembuluh darah otak sehingga menimbulkan sumbatan yang berakibat stroke.
Gerakan sirkus
Mekanisme sebenarnya abnormalitas elektrik jantung yang bermula dari serambi ini masih terus diselidiki. Moe dan kawan-kawan pada tahun 1962 memperkenalkan teori yang dikenal dengan multiple wavelet theory yang hingga kini masih dipakai.
Dengan menggunakan model yang dirancang dari komputer kuno, Moe dan kawan-kawan membuktikan bahwa sejumlah gelombang elektrik yang berputar-putar bagaikan gerakan sirkus di serambi jantung inilah yang mencetuskan aktivitas litrik bertubi-tubi dan tidak teratur ke bilik jantung.
Namun, yang menarik adalah temuan Dr Haissaguerre, ilmuan asal Perancis. Ia membuktikan bahwa sumber aktivitas listrik yang tak terkoordinasi ini ternyata sebagian besar berasal dari "luar" jantung, yaitu pada muara pembuluh-pembuluh darah balik paru yang menuju serambi kiri (vena-vena pulmonalis). Temuan Haisaguerre sepuluh tahun silam ini sekarang semakin terbukti dan memunculkan teknik baru mengatasi FA.
"Holiday heart"
Gangguan irama ini biasanya terjadi lantaran perubahan struktur serambi jantung karena berbagai penyakit kardiovaskular, seperti payah jantung, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner, dan hipertensi.
Namun, penyakit non kardiovaskular, seperti diabets mellitus, hipertiroid, maupun penyakit paru, berisiko pula mengalami gangguan irama jantung ini. Terdapat pula penderita FA tanpa penyakit penyerta yang disebut Lone AF. Penyebab Lone AF diduga disebabkan oleh mutasi kromosom walaupun gen-gen yang bertanggung jawab terhadap hal itu belum teridentifikasi.
Aritmia ini juga kerap dialami para pencandu alkohol sehingga dikenal istilah holiday heart, akibat bermabuk-mabukan di hari libur. Minuman yang mengandung kafein, obat-obat flu, antialergi, serta obat asma (golongan beta agonist) dapat pula mencetuskan gangguan irama ini, terutama kepada mereka dengan penyakit-penyakit seperti di atas.
FA memang dapat terjadi pada setiap lapisan usia, namun prevalensi semakin meningkat pada orang tua, laki-laki dilaporkan lebih banyak menderita gangguan ini dibandingkan dengan wanita.
Terapi
Secara ideal, terapi FA adalah menghentikan impuls listrik "nakal" sehingga irama jantung kembali normal. Untuk itu terdapat sejumlah pilihan terapi, baik dengan obat-obat golongan antiaritmia, kejut jantung, operasi, maupun dengan teknik ablasi transkateter. Pilihan terapi ditentukan sesuai karakteristik permaslahan penderita masing-masing.
Walaupun demikian, teknik terapi ablasi kini semakin diminati karena tingkat keberhasilan yang tinggi, melampaui pilihan terapi yang lain. Teknik ablasi ini hanya memerlukan sayatan kecil di pelipatan paha untuk memasukkan kateter elektroda.
Melalui elektroda inilah energi radiofrekuensi ditembakkan hingga ":membakar" sekaligus mengisolsi sumber impuls listrik ekstra sehingga tidak lagi dapat mengganggu irama jantung normal.
Pada sejumlah penderita ternyata tidak mudah untuk menghentikan aritmia ini, terlebih kepada mereka yang sudah lama menderita dan telah terdapat perubahan struktur serambi.
Untuk itu, pada mereka, strategi memperlambat laju impuls listrik yang menuju bilik jantung kini dipandang cukup memadai (walaupun irama masih FA). Namun, yang penting pula diperhatikan adalah mengatasi penyakit dasar atau pencetus yang bertanggung jawab terhadap kejadian FA. Last but not least, pemberian obat pengencer darah harus secara rutin diminum untuk mengurangi risiko stroke.
Dr A Fauzi Yahya SpJP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar