Stroke bisa menyebabkan suatu keadaan yang sangat melemahkan
dan seringkali berjalan selama beberapa bulan, bahkan lebih lama lagi. Di
antara berbagai keprihatinan yang terjadi banyak pasien stroke dan pasangannya
selalu bimbang dan cemas tentang kelanjutan kehidupan seksnya.
Stroke dapat mengganggu fungsi seksual dan hasrat dengan
berbagai cara. Beberapa penderita pria dan wanita ragu untuk melanjutkan
aktivitas seksual pasca stroke, karena takut, bahwa akan menyebabkan suatu
serangan stroke lagi. Walaupun demikian, lain-lain penderita stroke masih ada
hasrat seksual, namun mengalami berbagai probematik dalam segi pelaksanaannya;
untuk pria dalam segi ereksi, orgasme
dan ejakulasi dan untuk wanita dalam hal pelumasan bagian inti wanita dan
orgasme. Posisi seks yang biasanya menyenangkan menjadi sukar atau tak mungkin.
Terdapat juga faktor-faktor psikologis, yang dapat mengganggu hubungan
berpasangan tersebut.
Aktivitas seks tergantung dari beratnya stroke, maka diperlukan
waktu sebelum pasien merasa cukup sembuh untuk melakukan hubungan seks lagi,
bersamaan dengan aktivitas lain, yang sebelumnya merupakan hal yang rutin. Bila
ia belum siap untuk melakukan hubungan seks, maka ia dapat memberikan atau
menerima kesenangan seks dengan cara-cara lain (mencium, bercumbuan dan
berpelukan).
Kadang-kadang penderita pasca stroke kehilangan hasrat
seksual, yang bisa terjadi sebagai akibat langsung dari stroke, yang mengenai
berbagai bagian otak yang biasanya memotori pesan-pesan untuk respons seksual,
namun juga bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab lain seperti obat yang
dikonsumsi. Bahkan pada fungsi seksual yang masih baik, bisa terjadi gangguan
hasrat seksual, karena anksietas, gangguan penampilan diri, depresi dan
lain-lain faktor emosional yang ada hubungannya dengan keadaan pasca stroke.
Bila pada pria maupun wanita pasca stroke, masih mengalami
gangguan kehilangan libido berbulan-bulan setelah stroke, diperlukan
pemeriksaan yang dapat menentukan penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
obat-obatan, maka bisa dicari penggantinya, atau penurunan dosis yang mengurangi
efek samping. Pada keadaan pasca stroke seringkali terdapat anksietas, depresi,
dan lain-lain hal maka diperlukan counseling psikologis, yang sama pentingnya dengan
perawatan fisik dan rehabilitasi.
Bila problem tetap masih ada, maka pasien bersama
pasangannya sebaiknya mendapatkan konseling dari seorang psikolog atau seksuolog.
Bila ada gangguan fungsi seksual pada keadaan pasca stroke, maka biasanya lebih
banyak akan mengenai pelaksanaan seksual daripada dalam hasrat seksual, terutama
pada periode dini setelah terjadi stroke. Kelemahan, kelumpuhan, perubahan
dalam keadaan badan dan kehilangan sensasi semuanya dapat mengganggu dalam
fungsi seksual, juga obat-obatan dan faktor emosional seperti depresi. Karena adanya
kelumpuhan atau kelemahan, maka terjadi kesukaran dalam berbagai posisi
seksual, yang sebelumnya disenangi, sehingga diperlukan penyesuaian dan
eksperimentasi beberapa posisi yang lain untuk menemukan mana yang terbaik.
Menurut Dr Anton, penderita stroke berulang atau
memiliki potensi stroke kembali sebaiknya menghindari hubungan intim, sama
halnya bila terdapat aneurisme di pembuluh darah otak sebaiknya menahan diri dulu sampai dilakukan koreksi yang adekuat. Terdapat bermacam-macam kesenangan lain yang bisa dinikmati, berhubungan seksi tidak selalu dengan penetrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar