Cari Blog Ini

Rabu, 15 Januari 2014

Tarif Rumah Sakit, Kenapa Mahal?

Pertanyaan M di J
Saya mahasiswa sebuah universitas swasta di Jakarta. Belum lama ini saya mengalami kecelakaan sewaktu naik motor. Kaki kanan saya patah, sehingga harus dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta.

Karena orangtua saya bukan orang kaya, maka saya memilih perawatan kelas tiga. Tarif kamarnya memang murah, tetapi ternyata biaya operasinya cukup mahal. Saya juga harus mendatangkan keluarga dari kampung untuk menjaga saya.

Sebenarnya keadaan saya cukup baik sehingga tak perlu dijaga, tetapi hampir semua pasien yang dirawat di kelas tiga memerlukan keluarga di sampingnya. Ini disebabkan semua keperluan pasien harus disediakan sendiri. Obat-obat harus dibeli sendiri, bahkan juga air minum.

Sebenarnya Ayah mengirimkan uang dan kami dapat membayar semuanya jika disediakan lebih dahulu oleh rumah sakit. Dengan demikian, pengeluaran meningkat karena saudara yang menunggu saya juga harus mengeluarkan biaya transportasi dan makan. Saya agak bingung kenapa dalam era modern ini rumah sakit tak dapat menyediakan layanan lebih nyaman dan memudahkan pasien.

Sebagai pasien, saya harus tiduran cukup lama, tetapi TV tak ada sehingga pasien yang dirawat di rumah sakit menjadi terisolasi. Saya sampai berpikir karena cukup banyak pasien yang dirawat bersama saya keadaannya cukup baik, apakah waktu yang begitu banyak tak dapat digunakan untuk penyuluhan kesehatan dan sebagainya.

Jika dokter sibuk, mungkin dapat digunakan siswa perawat atau mahasiswa kedokteran yang jumlahnya cukup banyak. Pokoknya dirawat di rumah sakit amat membosankan dan saya gembira ketika boleh pulang.

Jumlah tagihan yang harus dibayar orangtua cukup besar sehingga Ibu harus menjual perhiasannya. Apakah layanan kesehatan di Indonesia tak dapat dibuat menjadi murah? Kami memang bukan keluarga miskin sehingga tak dapat menggunakan fasilitas Gakin. Kenapa biaya rumah sakit di luar negeri, misalnya di Singapura dan Malaysia, bisa lebih murah sehingga banyak orang Indonesia berobat ke sana? 

Jawaban DR Samsuridjal Djauzi
Biaya pengobatan memang semakin mahal. Teknologi kedokteran yang dimanfaatkan untuk merawat pasien semakin canggih dan sudah tentu juga mahal. Pasien tidak hanya membayar biaya tempat tidur, tetapi juga biaya jasa dokter, laboratorium, rontgen, operasi, obat, dan lain-lain.

Biaya kamar dan jasa medis di kelas tiga rumah sakit pemerintah dikendalikan pemerintah sehingga biasanya murah. Bahkan, biaya yang dibayar pasien untuk perawatan (tempat tidur dan makan) jauh lebih sedikit dari biayanya per unit sehingga untuk perawatan kelas tiga rumah sakit pemerintah pasien secara tak langsung mendapat subsidi. Namun, untuk obat dan peralatan medis, pasien harus membayar sendiri.

Idealnya rumah sakit menyediakan terlebih dulu, barulah ketika pasien akan pulang biayanya ditagih. Namun, pengalaman selama ini menunjukkan cukup banyak pasien yang tak dapat membayar tagihan tersebut sehingga piutang rumah sakit kepada pasien yang sudah pulang membengkak.  

Piutang itu sulit ditagih karena kemampuan pasien membayar utangnya kurang. Agar tak mempunyai tunggakan yang besar, pembelian obat dibebankan langsung ke pasien dengan cara pasien membeli sendiri.

Saya dapat mengerti karena Anda dalam perawatan patah tulang, maka yang membeli obat keluarga yang menunggu. Air minum seharusnya serupa dengan makan, menjadi tanggungan rumah sakit. Mungkin mutu air yang disediakan kurang menyenangkan pasien sehingga pasien memilih membeli air minum botolan. Saya memahami biayanya tak kecil karena  jika tiga liter saja biayanya dapat mencapai sekitar Rp 6.000 per hari. Saya percaya jika Anda tak mau membeli air botolan, rumah sakit akan menyediakan.

Mengenai biaya rumah sakit di Indonesia relatif lebih murah dari negara tetangga. Saya pernah melihat rumah sakit di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Rumah sakit di Indonesia, apalagi rumah sakit pemerintah, tarifnya jauh lebih murah.  Jika Anda berobat ke Singapura, biaya rumah sakit atau konsultasi dokter 4 - 5 kali lebih tinggi daripada di Indonesia. Sedangkan biaya berobat di rumah sakit di Malaysia lebih murah daripada Singapura karena pemerintah Malaysia membebaskan biaya impor alat kedokteran dan obat. Namun, penduduk Singapura dan Malaysia umumnya masuk asuransi kesehatan, sehingga biaya pengobatan dibayar asuransi. Jadi, ada baiknya juga Anda dan keluarga masuk asuransi kesehatan agar meringankan biaya berobat sewaktu sakit nanti.

Pengalaman Anda dirawat di rumah sakit pemerintah merupakan masukan berharga bagi manajemen rumah sakit di Indonesia. Mudah-mudahan kita semua dapat membangun layanan rumah sakit yang memuaskan dan terjangkau bagi masyarakat. Marilah kita keluar dari ketergantungan dari negara lain. Kita dapat mulai dari hal-hal sederhana, seperti membangun kemandirian dalam bidang kesehatan dan saling membantu mewujudkan layanan kesehatan yang dapat kita banggakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...