Kunci utama untuk mencegah kematian dan kecacatan akibat stroke terletak pada upaya pengenalan gejala dan penanganan tepat secepat mungkin.
STROKE merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah penyakit jantung koroner. Selain menyebabkan banyak kematian, stroke juga tercatat sebagai penyebab kecacatan tertinggi di seluruh dunia.
Stroke merupakan kerusakan otak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga aliran darah menuju pusat sistem persarafan itu terputus.
Menurut dokter spesialis Saraf Eka Hospital dr Herianto Tjandradjaja SpS, lebih dari 80% kasus stroke dapat dicegah melalui manajemen faktor risiko. Kunci utama untuk meningkatkan harapan hidup dan mengurangi risiko kecacatan akibat stroke terletak pada upaya pengenalan gejala dan penanganan secepat mungkin di rumah sakit yang dapat menangani stroke.
"Deteksi dini dan penanganan segera secara tepat dapat mencegah kerusakan otak yang lebih parah," ujar Herianto dalam seminar kesehatan yang membahas tentang penyakit stroke di Eka Hospital, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Ia lalu menjelaskan beberapa gejala awal stroke, seperti mendadak terasa baal sesisi tubuh (di bagian kanan/kiri wajah, lengan, tungkai), mendadak lemah sesisi tubuh, sulit bicara atau memahami pembicaraan orang lain, penglihatan kabur, mendadak pusing, dan nyeri kepala hebat.
"Bila menemui gejala-gejala tersebut , segera periksakan ke rumah sakit yang memiliki layanan stroke," imbuhnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan jenis-jenis stroke. Yang pertama ialah stroke iskemik/embolik, mencakup 87% dari semua kasus stroke.
"Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum terjadi," katanya.
Stroke iskemik didasari oleh penumpukan plak di dinding dalam pembuluh darah. Plak merupakan zat lengket yang terdiri dari kolesterol, homocysteine dan zat lainnya. Seiring waktu, plak makin menumpuk sehingga pembuluh darah menyempit dan memudahkan terbentuknya bekuan darah (trombus).
Stroke iskemik bisa terjadi akibat trombus terbentuk dalam pembuluh darah otak yang menyempit. Bisa juga disebabkan oleh trombus dari bagian tubuh lain, seperti jantung dan pembuluh aorta di dada maupun di leher, yang terbawa aliran darah ke otak.
"Kelainan jantung yang disebut fibrilasi atrium dapat memicu terbentuknya trombus di jantung yang kemudian terpompa menuju otak dan menyumbat di sana," ujar dokter spesialis jantung yang juga pembicara di seminar tersebut, dr Daniel SpJP.
Adapun stroke jenis kedua ialah stroke hemorgik. Stroke itu disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam maupun di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak.
"Bocoran darah yang membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya juga mengganggu atau mematikan fungsi otak," jelas Herianto.
Pemicu pecahnya pembuluh darah otak antara lain trauma atau cedera otak, kelainan pembuluh darah seperti aneurisme (penggelembungan pembuluh darah), serta hipertensi kronis.
Faktor risiko
Ada dua kelompok faktor risiko yang penyebab stroke, yakni yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
"Yang tidak bisa dimodifikasi, misalnya meningkatnya usia, makin tua makin bertambah risikonya. Selain itu, jenis kelamin laki-laki lebih berisiko daripada perempuan, ras kulit putih lebih berisiko daripada ras kulit hitam, serta faktor keturunan. Orang dengan riwayat keluarga penderita stroke berisiko lebih besar."
Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi yakni gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, dan sejumlah penyakit seperti, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, hiperkolesterolemia atau kadar kolesterol berlebih, serta obesitas.
Upaya menghindari stroke dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor risiko tersebut. Bila berlanjut terjadi serangan, harus ditangani dengan cepat dan tepat.
"Penjelasan terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan kecacatan lain bisa dicegah atau dipulihkan jika obat recombinant tissue plasminogen activator atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke, ujar dr Julius Aliwarga SpKFR, pembicara lain dalam seminar itu. (*/H-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar