Cari Blog Ini

Rabu, 25 Desember 2013

Stroke Hilangkan Waktu Produktif

JAKARTA, KOMPAS - Penyakit stroke yang terus menyerang ratusan ribu penduduk di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan dampak sosial ekonomi yang sangat besar. Para penderita stroke tidak hanya memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan maupun rehabilitasi, namun juga terancam kehilangan waktu produktifnya. 

Menurut Ketua harian Yayasan Stroke Indonesia, Prof Dr Haryono Suyono, sejauh ini stroke masih merupakan penyebab kematian pertama di rumah sakit di Indonesia dan sebagai penyebab kecacatan terbanyak pada kelompok usia dewasa. Angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit, 63,52 per 100.000 penduduk pada kelompok usia di atas 65 tahun. Secara kasar, tiap hari, dua orang Indonesia terkena serangan stroke.

Stroke adalah gangguan fungsi otak karena terganggunya suplai darah ke otak. Jika aliran darah terhambat lebih dari beberapa detik, sel-sel otak di daerah yang tak teraliri akan rusak secara permanen, bahkan menyebabkan kematian.

Haryono Suyono di sela-sela seminar "Stroke Dapat Dicegah", di Jakarta, Sabtu (25/6), juga memperkirakan bahwa hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang stroke, sedang jumlah yang meninggal mencapai 25.000 jiwa.

Di Bogor misalnya, setiap dua hari diperkirakan ada tiga orang meninggal karena stroke. Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang Bogor, dr Yoeswar Darisan, yang spesialis  saraf mengemukakan, hasil pengamatan pada beberapa rumah sakit di Bogor menunjukkan, rata-rata lima orang per hari datang sebagai penderita baru dan 30 persen di antaranya meninggal.

Berbagai kawasan pekan kemarin memang banyak membahas stroke, karena tanggal 24 Juni ditetapkan sebagai Hari Stroke Internasional.

Untuk itu, Dr dr Airiza Ahmad SpSK, konsultan saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyatakan sistem pelayanan kesehatan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terserang stroke maupun para penderita perlu ditingkatkan. Amerika Serikat misalnya, telah menerapkan jaminan kesehatan total. Beberapa negara termasuk Indonesia  belum memberlakukannya karena keterbatasan anggaran.

"Karena itu upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya serangan stroke. Jika sudah terserang stroke, penderita akan kehilangan waktu produktif dan keluarga pasien akan menanggung beban sosial ekonomi tinggi," ungkapnya.

Dr Ronnie Rivany MSc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menuturkan, stroke sebetulnya merupakan penyakit yang risikonya bisa direduksi dengan gaya hidup sehat seperti olahraga, gizi seimbang, bebas rokok dan alkohol, pengaturan waktu serta sikap positif.

Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI Ascobat Gani, dalam makalahnya menuturkan, stroke merupakan penyakit yang menimbulkan dampak sosial ekonomi sangat besar dan luas. Selain menimbulkan kerugian berupa hilangnya waktu produktif.

"Karena stroke cenderung menyerang  orang dewasa di usia produktif selaku pencari nafkah keluarga, dampaknya pada pendidikan dan kesehatan keluarga sangat besar, ujarnya.

Kerugian sosial yang terjadi karena kasus stroke, lanjut Ascobat, adalah hilangnya masa hidup penduduk. Menurut perhitungan Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994, ada 1.094.000 tahun hidup yang hilang karena stroke yang dialami  warga Indonesia. Kalau tahun produktif juga diperhitungkan, maka jumlahnya mencapai 1.364.000 tahun. Kerugian waktu produktif akibat stroke ini lebih banyak di kalangan pria dibandingkan perempuan.

Sesuai dengan data klinik tentang distribusi umur penderita stroke yang dirawat di 20 rumah sakit di Indonesia, menurut hasil perhitungan ekstrapolasi tampak bahwa kerugian karena stroke sangat meningkat pada usia 45 tahun ke atas.

Kerugian stroke pada kelompok umur 45-49 tahun adalah 3,4 kali lebih besar dibanding 30-44 tahun. Pada kelompok umur 60-69 tahun 8,6 kali lebih besar dan pada kelompok usia di atas 70 tahun 13,5 kali kerugian kelompok 30-44 tahun.

Dampak ekonomi langsung terjadi pada kasus stroke adalah biaya pengobatan. Belanja atau pengeluaran kesehatan bisa berasal dari individu atau rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Selama ini belanja kesehatan di Indonesia hanya 2,6 persen produk nasional bruto atau 20 dollar AS per kapita setiap tahun. Ini jauh di bawah sejumlah negara di Asia.
(PUN/EVY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...