SERANGAN stroke terjadi
ketika aliran darah ke otak terhenti. Penyebabnya bisa karena pecah
maupun tersumbatnya pembuluh darah yang memasok darah ke otak.
Salah satu pembuluh darah yang jika tersumbat akan menyebabkan stroke ialah pembuluh darah karotis yakni pembuluh darah di leher, yang merupakan salah satu saluran utama aliran darah ke otak.
Sumbatan
pada pembuluh darah karotis bisa terjadi karena penumpukan plak di
dinding pembuluh darah sehingga diameternya terus menyempit (stenosis).
Ketika plak pecah, timbul gumpalan darah (trombus) yang akan menutup
diameter pembuluh. Pada kasus tertentu, pembuluh itu juga bisa tersumbat
oleh trombus dari jantung maupun tempat lain.
Umumnya,
penyumbatan di pembuluh darah karotis ditangani dengan pembedahan untuk
mengangkat sumbatan. Namun, saat ini ada metode tanpa pembedahan yang
bisa menjadi alternatif. Sabtu (1/12), tim dokter RS Siloam Lippo
Village, Tangerang, bersama pakar dari Taiwan, Paul Hsien Li Kao,
menerapkan metode tersebut pada salah satu pasien di RS tersebut.
"Prosedur
tanpa pembedahan ini dilakukan dengan kateterisasi," ujar dokter
spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah RS Siloam Lippo Village,
Sunanto.
Ia
menjelaskan metode itu diawali dengan memasukkan kateter pada pembuluh
darah di pangkal paha pasien. Dengan menyusuri pembuluh darah dari
pangkal paha, kateter yang bentuknya serupa selang itu diarahkan menuju
pembuluh darah karotis. Selanjutnya, melalui kateter itu dimasukkan alat
untuk menembus sumbatan sekaligus memasang stent (serupa cincin) untuk menyangga pembuluh darah sehingga tidak menyempit kembali.
Hanya 30 menit
Menurut
Sunanto, pelaksanaan prosedur tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar
setengah jam. Pasien bahkan boleh langsung meninggalkan rumah sakit
seusai operasi bila kondisinya baik.
"Namun
lamanya tindakan ini bergantung pada ketebalan sumbatan. Butuh waktu
untuk mencari celah dan menembusnya. Pada sumbatan total, prosesnya bisa
lebih lama," imbuh Sunanto.
Besar biaya untuk prosedur itu tergantung banyak sedikitnya sumbatan. Semakin banyak sumbatan, semakin banyak pula stent yang dipakai.
Biaya tiga stent setara dengan operasi bedah by pass, sekitar Rp 70 juta, di luar biaya kamar dan perawatan.
Keberhasilan metode kateterisasi itu mencapai 90% dengan catatan prosedur dilakukan oleh dokter ahli.
Hardja
Priatna yang juga dokter spesialis pembuluh darah dan jantung RS Siloam
Lippo Village menambahkan, tidak semua kasus penyempitan pembuluh darah
karotis harus ditangani dengan prosedur itu.
"Harus ada indikasi, seperti penyumbatannya telah menutup lebih dari 50% diameter pembuluh darah."
Data menunjukkan penyempitan pembuluh darah karotis berkontribusi 30% terhadap kejadian stroke.
Seseorang yang mengalami penyempitan karotis bisa mengalami gejala
lumpuh tiba-tiba, wajah merot, atau bicaranya menjadi pelo. Itu disebut stroke ringan. Mungkin saja gejala itu akan pulih lalu berulang kembali.
Hardja
menyarankan, seseorang yang mengalami gejala itu segera memeriksakan
diri. Penyempitan pembuluh darah karotis bisa dideteksi dini dengan
pemeriksaan USG. Dengan demikian, tindakan penanganan bisa segera
dilakukan. (*/H-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar