Mangombar
Ferdinand Siregar yang lebih dikenal sebagai MF Siregar dan dipanggil
akrab dengan Opung hari Minggu (3/10) sekitar pukul 14.00 berpulang
setelah 34 hari dirawat di RS Abdi Waluyo, Jakarta, akibat stroke ringan. Setelah itu kondisinya terus menurun akibat komplikasi yang menyusul.
Sampai
detik-detik akhir hidupnya, arsitek strategi persiapan tim bulu tangkis
Olimpiade Barcelona 1992 itu - yang akhirnya mendulang tiga emas
pertama Indonesia di ajang Olimpiade - terus berpikir.
"Meski
sakit, papa terus memikirkan masa depan negara dan bangsa," ujar Ria
yang bersama saudaranya setia menunggui sang ayah.
Sehari
sebelum Idul Fitri, Kamis (9/10), kepada Kompas di rumah sakit, Siregar
berulang-ulang menitipkan buku "Guru-guru Keluhuran" yang terbit akhir
Agustus lalu." Para menteri mesti menghayati mimpi itu dan
mewujudkannya," ujarnya resah. Saat itu Siregar berusaha tetap ceria.
Dia sering bercanda dengan para perawat.
Sekitar tiga bulan lalu. Siregar kembali gelisah. Gelisah akan masa depan Indonesia. "Anak-anak kita mau dikemanain?"
ujarnya. Dia melihat anak muda sekarang lebih suka jalan pintas dan
tidak memiliki daya juang sementara pemerintah tidak mengembangkan
olahraga. Padahal, Siregar selalu menegaskan," bangsa yang sehat berarti
bangsa yang cerdas, pintar, kreatif, dan produktif".
Dan,
Master of Physical Education lulusan Springfield College,
Massachusetts, AS, ini berencana menuangkan gagasannya tentang
pengembangan anak usia dini, cikal bakal manusia Indonesia seutuhnya.
Pemikirannya
selalu visioner. Tahun 1962 di Springfield College dia telah menyatakan
bahwa olahraga merupakan salah satu wajah persaudaraan dunia.
Di era Soekarno hingga Soeharto sentuhan tangan emasnya menandai fondsi olahraga sebagai nation and character building yang digemakan Soekarno dan menanamkan jiwa Panji Olahraga di era Soeharto.
Pasca
pemerintahan dua presiden tersebut, Siregar tak pernah rela melepas
bangsa ini terpuruk. Dia selalu menyampaikan pemikirannya. Walau mungkin
papernya teronggok tak tersentuh oleh para pemimpin, dia hanya akan
berujar," Saya gemas..." Opung tak pernah mengeluh.
Semoga pemikiran Siregar yang histobiografinya telah dituliskan itu akan terus bersinar. (ISW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar