Pertanyaan Sdr M di J:
Lima
tahun lalu saya menderita sakit kepala. Umur saya waktu itu 42 tahun.
Saya berobat ke dokter dan ternyata tekanan darah saya tinggi. Tensi
saya 170/110. Saya mendapat obat penurun tekanan darah untuk satu bulan.
Setelah dua minggu minum obat tensi saya menjadi 130/80, tetapi obat
saya teruskan sampai habis.
Saya
kemudian pindah kerja ke luar Jawa. Karena saya tak ada keluhan, saya
tak berkonsultasi lagi dengan dokter dan saya hanya mengonsumsi bawang
putih. Saya bekerja tiga tahun di pedalaman dan tak pernah konsultasi ke
dokter. Sebulan yang lalu saya kembali ke Jakarta dan saya memeriksakan
diri kembali ke dokter. Ternyata tensi saya tinggi lagi, pada waktu
itu 180/120. Dokter spesialis penyakit dalam yang memeriksa saya
memberi penjelasan mengenai penyakit hipertensi. Saya diharuskan minum
obat terus-menerus, tak boleh berhenti.
Saya
juga diminta memeriksakan diri untuk pemeriksaan rontgen, rekaman
jantung, fungsi ginjal, dan berkonsultasi dengan dokter spesialis mata.
Semua saya jalani dan hasilnya menunjukkan bahwa jantung saya sedikit
membesar dan fungsi ginjal saya (kreatinin) agak tinggi. Saya amat
khawatir dengan hasil tersebut, tetapi dokter membesarkan hati saya.
Beliau mengatakan asalkan saya hidup sehat dan minum obat secara
teratur, komplikasi darah tinggi dapat dihindari.
Umur
saya sekarang 47 tahun dan saya merupakan ayah dua anak berusia 18
tahun dan 16 tahun. Mereka masih bersekolah di SMU. Benarkah hipertensi
dewasa ini dapat diobati dengan baik dan komplikasi hipertensi dapat
dicegah? Apakah kenaikan kreatinin dan jantung saya yang membesar dapat
merupakan akibat saya tidak minum obat hipertensi yang lama? Mohon
penjelasan dokter tentang penyakit ini, termasuk pencegahan dan
terapinya. Apakah hipertensi merupakan penyakit keturunan karena ayah
saya juga menderita hipertensi dan beliau meninggal karena penyakit
jantung koroner: Terima kasih.
Jawaban Dr Samsuridjal Djauzi:
Bulan
April lalu kalangan kesehatan dan masyarakat memperingati hari
hipertensi sedunia. Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai
di masyarakat kita. Sekitar 10 persen penduduk usia dewasa mengalami
hipertensi. Karena itu, amat dianjurkan mengukur tekanan darah secara
teratur. Sebab, cukup banyak orang yang menderita darah tinggi tidak
mengetahui bahwa mereka penderita hipertensi.
Memang
hipertensi dapat menimbulkan gejala, tetapi cukup banyak penderita
hipertensi tak merasakan keluhan. Sebagian besar hipertensi tidak
diketahui penyebabnya. Keadaan ini disebut hipertensi esensial. Namun,
sebagian kecil hipertensi dapat ditemukan penyebabnya. Salah satu
penyebabnya adalah penyempitan arteri renalis (arteri yang mengalirkan
darah ke ginjal).
Pada
keadaan ini, koreksi terhadap penyempitan arteri tersebut (biasanya
melalui operasi) akan menghilangkan hipertensi. Meski hipertensi
esensial tak diketahui penyebabnya, riwayat keluarga hipertensi dan
konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Tujuan
terapi hipertensi ada dua, yaitu mengendalikan hipertensi dan mencegah
komplikasi hipertensi. Pengendalian hipertensi diharapkan dapat mencapai
tekanan darah yang normal. Agar pengendalian dapat berlangsung
terus-menerus, maka obat hipertensi harus diminum secara teratur
sepanjang hidup.
Selama
minum obat hipertensi, tekanan darah diukur secara berkala. Namun, yang
tidak kalah petingnya adalah tujuan kedua, yaitu mencegah komplikasi
hipertensi. Komplikasi hipertensi dapat berupa kelainan pada jantung,
mata, ginjal, dan pembuluh darah otak. Pada jantung dapat terjadi
pembengkakan jantung dan penyakit jantung koroner. Sementara pada mata
dapat terjadi gangguan pada pembuluh mata di daerah retina yang dapat
berakibat gangguan penglihatan. Adapun kelainan pada ginjal dapat berupa
penurunan fungsi ginjal.
Komplikasi dan stroke
Komplikasi yang juga ditakutkan adalah terjadinya stroke
akibat pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak. Hipertensi
mempunyai beberapa derajat dari yang ringan sampai yang berat. Pada
hipertensi ringan sebelum memulai terapi obat diusahakan terlebih dahulu
menurunkan hipertensi dengan mengamalkan hidup sehat, seperti
mengurangi konsumsi garam berlebihan.
Kebiasaan
makan kentang goreng yang dilumuri garam, misalnya, akan mengakibatkan
konsumsi garam berlebih. Selain itu, Komposisi makan yang seimbang
antara karbohidrat, protein, dan lemak. Makanan kita sebagai orang
Indonesia pada umumnya tinggi karbohidrat dan kurang lemak dan protein.
Namun, akibat pengaruh modernisasi, kebiasaan makan kita juga berubah,
konsumsi protein dan lemak menjadi berlebihan dan ini berpengaruh buruk
bagi kesehatan.
Kebiasaan
olahraga teratur juga dapat membantu mengendalikan darah tinggi. Jika
upaya hidup sehat ini tidak berhasil menurunkan tekanan darah, upaya
tersebut perlu disertai dengan upaya lain, yaitu minum obat darah
tinggi. Obat yang dipilih disesuaikan dengan derajat hipertensi dan juga
dipertimbangkan obat yang bermanfaat untuk mencegah komplikasi
hipertensi. Karena itu, acapkali pasien minum obat lebih dari satu
macam.
Mereka
yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi harus lebih peduli karena
risiko terkena hipertensi lebih besar. Namun, tidaklah berarti jika
orangtua menderita hipertensi, anak-anaknya pasti juga akan menderita
hipertensi. Dewasa ini banyak pasien yang berobat telah mengalami
komplikasi hipertensi.
Kebanyakan
yang datang berobat akibat gejala komplikasi hipertensi baik di
jantung, mata atau ginjal. Ini berarti sebenarnya mereka telah menderita
hipertensi sudah lebih dari sepuluh tahun, tetapi mereka tidak pernah
mengukur tekanan darahnya sehingga keadaan hipertensinya tak terdeteksi.
Sudah tentu peluang untuk mencegah komplikasi hipertensi menjadi
berkurang. Kita perlu mencegah hipertensi dengan mengamalkan hidup sehat
dan secara teratur memeriksakan tekanan darah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar