JAKARTA,
KOMPAS - Perubahan denyut jantung membuat tak semua darah dalam serambi
jantung dipompa ke seluruh tubuh. Akibatnya, darah yang tertinggal
mudah menggumpal. Gumpalan darah yang terbawa hingga pembuluh darah di
otak bisa menimbulkan stroke.
Kepala
Divisi Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah,
RWM Kaligis, Senin (15/8), di Jakarta, mengatakan, gejala gangguan irama
jantung sering kali tidak dirasakan dan tidak diketahui oleh penderita.
Keluhan
umum yang dirasakan penderita adalah jantung berdebar-debar akibat
denyut jantung tak teratur, rasa sesak dan sakit di dada, tekanan darah
turun karena berkurangnya kemampuan jantung memompa darah, serta tubuh
lemas akibat tidak ada aliran darah ke otot. Selain itu, kepala terasa
melayang akibat berkurangnya pasokan darah dan oksigen ke otak.
"Jika
gumpalan darah terjadi pada pembuluh di kaki atau tangan, bisa
mengakibatkan kelumpuhan. Gumpalan darah di usus bisa membuat jaringan
usus mati dan harus diamputasi," katanya.
Kaligis
menambahkan, gangguan irama jantung umumnya dipicu penyakit atau
kelainan pada tubuh. Mereka yang memiliki riwayat gangguan pada katup
jantung, penderita gagal jantung dan serangan jantung, serta mereka yang
pernah menjalani operasi bypass koroner memiliki peluang besar
mengalami gangguan irama jantung. Penderita gondok yang kelebihan hormon
tiroid juga memiliki peluang terserang.
Praktisi kesehatan, Inge Kartono, mengatakan, kasus gangguan irama jantung yang memicu stroke banyak ditemui di sejumlah rumah sakit dan klinik di Indonesia walau angkanya belum diketahui pasti. "Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi untuk penyakit tidak menular di Indonesia," tuturnya.
Selama
ini, penderita gangguan irama jantung mendapat pengobatan, menggunakan
warfarin yang berfungsi sebagai obat anti pembekuan darah. Dalam Jurnal
Kedokteran New England (New England Journal of Medicine), awal Agustus, diujicobakan obat baru, rivaroxaban.
Dari uji yang dilakukan, obat baru ini lebih mampu menurunkan tingkat kejadian stroke,
karena lebih efektif mengatasi pembekuan dan penggumpalan darah.
Tingkat keamanannya sama dengan warfarin, tetapi memiliki perlindungan
terhadap kardiovaskular yang lebih baik. Rivaroxaban juga lebih mudah
ditoleransi pasien dan penggunaannya mudah, cukup ditelan satu kali
sehari dengan dosis 20 miligram. (MZW)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar