Cari Blog Ini

Senin, 16 Desember 2013

PENTINGNYA PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pertanyaan M di B
Saya seorang pedagang yang penghasilannya terbatas. Secara teratur, saya memeriksakan diri kepada dokter spesialis penyakit dalam karena saya menderita diabetes melitus dengan komplikasi penyakit jantung koroner dan peningkatan kadar lemak. Selama tiga tahun terakhir ini penyakit diabetes saya cukup terkendali. Sesuai anjuran dokter, saya mengatur makanan, berolahraga, dan meminum obat penurun gula. Saya juga berhasil menurunkan berat  badan sebanyak 4 kilogram, tapi kadar lemak saya tetap tinggi. Harus saya akui bahwa saya minum obat penurun lemak tidak teratur karena harga obat tersebut cukup mahal  bagi saya.

Terus terang saya telah merasakan manfaat pengendalian gula darah, saya dapat hidup normal. Namun, yang menjadi persoalan bagi saya adalah biaya berobat. Sebenarnya biaya konsultasi dokter saya tergolong rendah dibandingkan dengan dokter lain. Namun saya harus menjalani berbagai pemeriksaan laboratorium, seperti gula darah, fungsi ginjal, pemeriksaan lemak, dan juga pemeriksaan untuk jantung. Biaya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang dianjurkan bagi saya terasa mahal. 

Saya telah berkomunikasi dengan dokter mengenai hal ini dan beliau bersedia menjarangkan pemeriksaan laboratorium yang selama ini dilakukan sebulan sekali hanya menjadi dua bulan sekali. Dia rajin menanyakan keluhan saya dan juga menimbang berat badan setiap berkonsultasi. Sebenarnya saya juga ingin menanyakan peran pemeriksaan laboratorium dalam mendiagnosis penyakit. Anak saya demam selama seminggu dan dicurigai demam tifoid. pemeriksaan laboratorium menyokong karena tes Widalnya positif. Namun, biakan kuman tifus dari darahnya negatif. Apakah dengan demikian sebenarnya dia tak menderita tifus?

Adik saya juga diobati oleh seorang dokter spesialis paru untuk tuberkulosis paru, padahal hasil dahaknya BTA negatif. Saya jadi bingung, sebenarnya bagaimana cara dokter menetapkan diagnosis dan memantau hasil terapi dengan pemeriksaan laboratorium. Apakah pemeriksaan laboratorium tersebut menentukan diagnosis atau tidak? Karena adik saya, meski BTA negatif, tetap diobati sebagai tuberkulosis paru dan dia harus minum obat selama  6 bulan. Mohon penjelasan dokter mengenai pentingnya pemeriksaan laboratorium. Bagi kami yang berpenghasilan terbatas biaya laboratorium dewasa ini cukup mahal. Terima kasih.

Jawaban DR Samsuridjal Djauzi
Pemeriksaan laboratorium, radiologi, USG, dan lain-lain disebut sebagai pemeriksaan penunjang. Jadi dalam menegakkan diagnosis penyakit, dokter mengutamakan pemeriksaan klinis berupa riwayat penyakit dan pemeriksaan jasmani. Melalui pemeriksaan klinis ini dokter memperkirakan sejumlah penyakit yang mungkin menimbulkannya.
  
Untuk mempersempit kemungkinan sehingga pengobatan lebih terarah adakalanya diperlukan pemeriksaan penunjang. Namun, sering juga dokter merasa cukup dengan pemeriksaan klinis dan memberikan terapi. Contohnya pada influenza, misalnya dengan gejala batu, pilek dan demam tinggi dokter sudah merasa cukup untuk menyimpulkan gejala dan tanda yang ada disebabkan oleh influenza. Karena itu dokter memberikan terapi untuk mengatasi influenza.

Sebenarnya pada influenza juga dapat dilakukan pemeriksaan darah dan usapan tenggorok untuk lebih menunjang diagnosis. Namun, pemeriksaan penunjang tersebut biasanya tak dilakukan karena hasilnya tak akan banyak mengubah rencana terapi. Tapi jika seseorang menderita deman dan batuk yang lama, sehingga dicurigai tuberkulosis paru, maka akan dilakukan pemeriksaan dahak dan rontgen paru.

Tidak semua pasien yang menderita tuberkulosis paru hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan BTA positif . Hasil pemeriksaan dahak negatif tidaklah berarti bahwa penderita sebenarnya tidak menderita tuberkulosis paru. Dokter tetap menganggap penderita tuberkulosis paru berdasarkan pemeriksaan klinis dan mungkin juga pemeriksaan penunjang radiologi.

Pada beberapa penyakit, pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, seperti diabetes melitus. Diagnosis diabetes melitus amat ditunjang oleh pemeriksaan gula darah di samping  gejala klinis. Artinya, hasil gula darah merupakan salah satu pertimbangan penting dalam mendiagnosis diabetes melitus.

Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan penunjang dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan. Pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid jika positif amat mendukung diagnosis, tapi jika negatif tak menyingkirkan diagnosis demam tifoid jika secara klinis dalam pemeriksaan lain (misalnya Widal) menyokong.

Perubahan diagnosis
Jadi, diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah. Terutama pada permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak selalu dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain. Bahkan, jika data sudah ada sekalipun masih terbuka kemungkinan lebih dari satu penyakit. Dokter tak dapat memastikan, tapi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya akan memilih satu penyebab yang paling mungkin dan mengobati penderita.  

Mungkinkah diagnosis awal berubah setelah ada data baru atau hasil pengobatan? Mungkin dan itu biasa terjadi. Ilmu kedokteran terus berkembang, termasuk pemeriksaan laboratorium. Dewasa ini memang banyak pemeriksaan laboratorium baru yang lebih menunjang diagnosis tapi harga pemeriksaannya mahal. Karena itulah dokter dengan persetujuan pasien harus bijak memilih pemeriksaan laboratorium yang perlu. Pemeriksaan yang dipilih hendaknya yang mempunyai dampak terhadap rencana pengobatan. 

Memang benar porsi pemeriksaan penunjang pada biaya perawatan di rumah sakit sekarang ini sudah semakin besar. Pemeriksaan laboratorium tertentu, seperti pemeriksaan biomolekuler, pemeriksaan CT-scan, dan MRI merupakan pemeriksaan yang mahal. Dokter hendaknya menjelaskan kepada pasien atau keluarga kenapa pemeriksaan tersebut perlu dilakukan. Komunikasi dokter-pasien yang baik dapat meningkatkan keberhasilan terapi serta juga menghemat biaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...