STROKE merupakan keadaan dimana terjadi gangguan fungsi otak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kerusakan pada suatu daerah otak tertentu. Di dalam penatalaksanaannya dapat dilakukan beberapa tindakan, tergantung pada jenis stroke dan kondisi pasien. Salah satunya adalah tindakan neurointervensi.
NEUROINTERVENSI memungkinkan sumbatan pada pembuluh darah pasien stroke teratasi dengan lebih baik. Namun, waktu efektif untuk tindakan neurointervensi yang dimiliki pasien hanya delapan jam sejak serangan stroke terjadi. Neurointervensi didefinisikan sebagai tindakan minimal invasif untuk mengakses pembuluh darah ke otak melalui proses kateterisasi. Kateter merupakan sejenis selang kecil yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah paha hingga kepala.
Menurut dokter spesialis bedah saraf Eka Hospital BSD. Dr. Abrar Arham, Sp.BS, tujuan kateterisasi terbagi dua, baik untuk diagnosis maupun terapi. Pada saat mendiagnosis, kateterisasi berfungsi mencari sumber penyakit di dalam tubuh pasien stroke sehingga aliran darah dapat kembali normal. Pasien stroke yang dapat ditangani dengan tindakan neurointervensi meliputi stroke iskemik dan stroke pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya aneurisme.
Stroke iskemik:
Stroke iskemik terjadi karena adanya sumbatan emboli pada pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak terhenti. Saat suplai darah terhenti, otak otomatis tidak mendapatkan suplai oksigen dan suplai makanan. Hal itu dengan segera memicu kerusakan sel otak. Dalam satu menit saja, sel otak yang rusak dapat mencapai 1,9 juta sel. Untuk itu, seseorang yang terserang stroke harus segera memperoleh penanganan dalam waktu 3 jam pertama agar semakin banyak sel-sel otak yang dapat diselamatkan dan semakin besar potensi untuk sembuh.
Pada kondisi tersebut, tindakan pertama yang dilakukan pada pasien stroke adalah memberi obat-obatan yang disebut Recombinant Tissue Plasminogen Activator (RTPA). Obat-obatan tersebut diharapkan dapat segera meluruhkan sumbatan sehingga pembuluh darah kembali lancar.
Waktu tunggu proses pemberian obat RTPA mencapai satu jam. Jika tak berhasil, barulah dilanjutkan dengan neurointervensi yang disebut mechanical thrombectomy. Proses tersebut memungkinkan kateter menarik sumbatan ke luar dari pembuluh darah.
"Pada dasarnya dapat juga dikombinasikan dengan penyemprotan RTPA yang disebut juga dengan intraarterial thrombolysis. Jadi, RTPA disemprotkan lansung di depan emboli agar dapat ditembus dan akhirnya ditarik ke luar," jelas Abrar di Serpong, Rabu (2/10).
Stroke Karena Aneurisme
Neurointervensi juga dapat dilakukan pada pasien stroke pendarahan yang disebabkan pecahnya aneurisme. Aneurisme adalah suatu kelainan di mana dinding pembuluh darah menjadi tipis dan rapuh sehingga cenderung mudah pecah. Kondisi aneurisme yang dapat ditangani spesifik adalah pada ketegori subarachnoid bleeding, yaitu terjadinya kebocoran pada salah satu sisi pembuluh darah yang menonjol. Terhadap kondisi ini, kateterisasi berfungsi menyumbat langsung pembuluh darah yang bocor, tindakan tersebut juga disebut sebagai coiling.
Abrar menyatakan bahwa pasien stroke iskemik yang dapat menjalani tindakan neurointervensi harus memenuhi beberapa kriteria: usia paisen, misalnya tidak lebih dari 86 tahun, pasien juga tidak boleh mengalami pendarahan, tekanan darah pasien tidak boleh terlalu tinggi. Pasien juga masih periode emas (golden period), yakni kurang dari 8 jam setelah serangan terjadi.
"Dalam penanganan stroke ini fokusnya bukan pada darah bisa mengalir atau tidak tetapi apakah jaringan otak masih hidup atau tidak. Kalau sel otaknya sudah rusak, aliran darah yang sudah dilancarkan pun tak lagi berarti apa-apa," cetus Abrar.
Lima angka penting untuk mengetahui kesehatan Anda (Know Your Fice/KY5)
Stroke yang paling banyak terjadi adalah stroke iskemik, yakni sekitar 85% dari total angka kejadian. Sumbatan tersebut dapat terjadi pada mereka yang mengidap hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes dan obesitas.
Untuk itu, penderita disarankan selalu mengecek lima angka penting secara rutin untuk meminimalkan risiko terkena stroke. Aturan ini juga berlaku bagi penderita yang pernah terkena stroke.
Angka pertama yang harus dicek adalah tekanan darah. Pastikan penderita menjaga tekanan darah pada kondisi normal, yakni 120/80.
Angka kedua adalah kolesterol total. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah arteri. Terkait hal ini, ada empat target angka yang harus dicapai, yakni kolesterol total harus di bawah 200 mg/dl, kolesterol jahat (LDL) di bawah 130 mg/dl, kolesterol baik (HDL) harus di atas 50 mg/dl, dan trigliserida di bawah 150 mg/dl.
Angka ketiga yang harus diperhatikan adalah indeks massa tubuh atau Body Mass Index (BMI) yang terkait informasi apakah penderita masuk kategori berat badan ideal atau berlebih. Targetkan angka BMI ini di antara 18,5 - 22,9 kg/m2.
Angka keempat yang harus diperhatikan adalah nilai lingkar perut. Angka ini menunjukkan level lemak perut yang berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Untuk laki-laki, angka lingkar perut ideal di bawah 90 cm dan wanita di bawah 80 cm.
Angka kelima yang harus dicek adalah gula darah. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya kencing manis. Targetkan angka gula darah sewaktu di bawah 140 mg/dl dan gula darah puasa di bawah 100 mg/dl.
Jalankan pola hidup sehat, lakukan medical check up teratur, dan pastikan Anda memiliki 5 angka penting dalam keadaan normal, demi kualitas kesehatan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar