DUA penelitian terbaru menemukan angka kejadian stroke di negara miskin dan berkembang meningkat dua kali lipat sejak 1970-an. Angka itu pertama kalinya melewati angka stroke di negara kaya yang menurun 40% pada periode yang sama.
Pada
penelitian pertama yang dipimpin Claiborne Johnston dari University of
California diketahui pendapatan negara bisa menjadi salah satu indikator
kejadian stroke dan kematian. Tingkat kematian akibat stroke di negara miskin dan berkembang 3,5 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Faktor risiko stroke seperti diabetes, merokok, konsumsi alkohol dan obesitas terbukti lebih mudah diatasi di negara maju.
Pada
penelitian kedua, Valery Feigin dari AUT University di Auckland,
Selandia Baru, mengumpulkan ribuan penelitian dunia mengenai stroke sepanjang empat dekade terakhir. Hasilnya, stroke telah mencapai epidemi terutama di negara miskin dan berkembang sejak 1970-an. Feigin juga menemukan stroke yang menimpa warga di negara miskin adalah haemorrhagic stroke yang sangat fatal. Sang pasien umumnya tewas setelah sebulan terkena stroke. (Bas/AFP/X-6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar