Cari Blog Ini

Selasa, 19 November 2013

Pemulihan Stroke, Dukungan Keluarga Mutlak

Kecacatan yang begitu tiba-tiba membuat penderita stroke tidak  mudah menerima kenyataan. Kondisi fisik yang sulit dipulihkan, bahkan kerap dengan cacat permanen, membuat mereka putus asa menjalani kehidupan.

Rasa putus asa ini diperparah dengan emosi yang labil. Penderita stroke biasanya  mengalami apa yang disebut post stroke sadness atau post stroke laughing. Bila terpicu peristiwa sedih atua lucu sedikit saja, mereka bisa menangis tersedu-sedu atau tertawa terpingkal-pingkal. Emosi ini sulit dikontrol dan bisa memengaruhi suasana hati mereka.

Bila suasana hatinya sedang buruk, Anton mengeluh kepada istrinya bahwa ia capek menjalani hidup sebagai penderita stroke. Anton juga sudah menghentikan terapi fisiknya karena ia menganggap tidak ada kemajuan pada pemulihan fisiknya.

"Kalau sudah begitu, saya selalu mengingatkan bahwa ia harus tetap bersemangat. Kasihan anak-anak," kata Mima. Dari pernikahannya dengan Mima, Anton memiliki anak yang masih berumur tujuh dan empat tahun.

Mima berusaha selalu di samping Anton bersama anak-anaknya. Meski ada asisten di rumah, Mima sendiri yang menyiapkan makan dan memandikan Anton. Cara ini dilakukan agar Anton selalu merasa istimewa  di depan Mima. Setiap pagi Mima juga rutin mengajak Anton untuk jalan pagi supaya kaki Anton tidak kaku.

Ade Baringin merasakan perhatian yang diberikan keluarganya sangat membantu pemulihan. Selama dua bulan hanya terbaring kaku, Ade akhirnya berhasil bangkit dan bisa memulihkan fisiknya berkat dukungan istri, anak, dan ibunya. "Anak-anak saya selalu menemani bila saya menjalani terapi fisik. Ketika tangan saya tidak bisa meremas bola dan saya sudah putus asa, anak-anak kompak menyemangati saya," kata Ade.

Citra Resmi (48), istri Ade Baringin, juga selalu sabar melayani suaminya. Pernah Ade marah-marah kepada istrinya karena sudah lebih dari satu bulan belajar jalan, tetapi kakinya tidak juga sanggup menapak lantai.

"Citra hanya bilang, saya bukannya 'tidak' bisa jalan, tetapi 'belum' bisa jalan. Kalau 'belum', berarti suatu saat nanti saya akan bisa jalan kembali dan ternyata benar," kata Ade. Jika sedang tidak bekerja, Citra menyempatkan diri mengajak Ade untuk jalan-jalan, entah itu ke mal atau ke tempat rekreasi lainnya.

Meski dituntut untuk selalu sabar menghadapi penderita stroke, tidak bisa dipungkiri terkadang rasa jenuh itu ada. Apa lagi bila si penderita stroke menumpahkan rasa putus asa dengan marah-marah.

Bila sedang ingin "mengistirahatkan" batinnya, Siska (42) mau tidak mau harus menyisihkan waktu untuk "lepas" dari Rahardi. Ketika ia bisa pulang lebih awal dari pekerjaannya, Siska terkadang pergi ke salon atau berkumpul dengn teman-temannya di sebuah mal. Namun, semua kegiatan itu ia lakukan atas sepengetahuan suaminya.

"Saya selalu meminta izin lebih dulu. Terkadang suami saya bisa mengerti kejenuhan saya dan dia memberi izin. Kalau suasana hatinya sedang enak, ia terkadang malah ikut saya berkumpul bersama teman-teman," kata Siska. (IND)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...