Mantan Menko Kesra dan Pengentasan Kemiskinan/Ketua BKKBN Haryono Suyono mempunyai kiat unik untuk menyosialisasikan masalah stroke atau serangan pada otak yang biasanya disertai kelumpuhan.
Dia tidak memilih bahasa ilmiah yang biasanya cenderung jelimet. Pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938, ini justru membandingkan stroke dengan penyakit cinta.
Dia tidak memilih bahasa ilmiah yang biasanya cenderung jelimet. Pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938, ini justru membandingkan stroke dengan penyakit cinta.
"Stroke itu tidak menular, jadi kita tidak usah takut (pada penyakit itu). Stroke berbeda dengan penyakit cinta," tutur Haryono di sela-sela peluncuran buku Stroke Bukan Akhir Segalanya karya Dewi Pandji di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/4).
Haryono, yang juga ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia, kemudian menambahkan, untuk mengatasi stroke, seseorang memerlukan "BNI", singkatan dari batasi, nikmati, dan imbangi.
"BNI
itu maksudnya seseorang boleh melihat yang cantik, tetapi ingat, harus
diimbangi dengan menyadari bahwa itu istri orang, dan di rumah ada istri
cantik yang menunggu," tutur Haryono sambil tertawa.
"BNI"
juga berlaku untuk seseorang agar membatasi mengonsumsi makanan yang
berpotensi mendorong kolesterol, tekanan darah tinggi, dan diabetes,
serta harus mengimbanginya dengan berolahraga. (GAL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar