JAKARTA (Pos Kota) - Rokok kini
menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Benda berisi tembakau sepanjang
sembilan sentimeter itu pelan-pelan menghabisi nyawa pecandunya. Meski
sangat berbahaya, tapi hampir semua produsen rokok tak mencantumkan
nomor keluhan konsumen.
"Lalu,
ketika akan mengeluh karena efek samping yang ditimbulkan rokok,
konsumen justru yang akan disalahkan," tandas anggota pengurus harian
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi di Jakarta, Kamis
(27/9).
Menurut
dia, saat ini perokok aktif maupun pasif mempunyai risiko yang sama
terhadap efek yang ditimbulkan rokok. Ironisnya, rokok adalah
satu-satunya produk yang beredar di Indonesia, namun tidak mencantumkan
nomor layanan pelanggan dalam produknya. Celakanya, kini hampir 63
persen pria dan 8 persen wanita di Indonesia perokok aktif.
Tulus
menjelaskan, hampir semua produk mencantumkan nomor telepon untuk
keluhan pelanggan atau customer service. Jadi ketika konsumen terkena
efek samping, bisa langsung komplain.
Pegiat
anti rokok India, Dr Pankaj Chaturvedi, MBBS, MS, FAIS, FICS
menambahkan, pabrik rokok sengaja tidak mencantumkan nomor keluhan
pelanggan karena mereka tahu rokok sangat berbahaya bagi masyarakat.
"Di
antara semua produk konsumsi yang beredar di dunia, rokok adalah
satu-satunya produk yang tidak mencantumkan nomor telepon untuk keluhan
pelanggan atau customer service," kata dr Pankaj Chaturvedi dari Voice
of Tobacco Victims (VOV) India, lembaga yang mendorong pengetatan
regulasi tembakau di India dalam diskusi bersama media di RS
Persahabatan, Jakarta, kemarin.
PERUSAHAAN MENYADARI
Menurutnya,
perusahaan rokok menyadari bahwa merokok jelas-jelas merusak kesehatan.
Pelanggan yang jatuh sakit karena banyak merokok tidak bisa menggugat
atau menuntut perusahaan rokok karena mereka akan mengatakan itu pilihan
individu.
"Sampai saat ini, rokok telah merenggut kehidupan 500 ribu orang lewat stroke dan kanker. Sayangnya tak banyak yang menyadarinya karena rokok mematikan secara diam-diam," kata dr Pankaj.
Petani tembakau di India pun sempat memberi perlawanan. Namun pemerintah berhasil mengganti rugi penghasilan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar