Di atas pintu masuk sebuah ruangan di lantai II Mal Mangga Dua, Jakarta Pusat, terpasang papan nama. Papan nama berwarna-warni itu tertuliskan Aura Fotografi. Di dalam ruangan itu, belasan tamu sudah memenuhi kursi yang disediakan.
Tidak lama kemudian satu per satu mereka dipanggil masuk menuju ruang yang berada di sebelah ruang tunggu itu. Tiap tamu yang masuk diminta duduk dan di depan kursi sebuah kamera. Berdiri tegak di atas tripod. Tombol dipijit, kilatan cahaya pun memancar dari kamera itu.
Mereka yang datang mengantre untuk dipotret bukan mau 'nampang'. Bukan membuat pasfoto.
Ternyata mereka mengantre dipotret untuk tujuan penyembuhan. Pengambilan foto mereka disebut Bio Feed Back Camera. Pemotretan dengan alat itu tidak lain untuk mendapatkan gambar aura tiap pengunjung. Kamera yang diciptakan Nicolas Telsa dari Rusia itu memang diciptakan khusus untuk mendapatkan gambar aura seseorang.
Menurut King Gunawan, ahli aura dan kristal, analisis aura untuk mengetahui keadaan klinis seseorang berdasarkan fenomena biofisika-elektromagnetik. Teknik interpretasi warna aura berhubungan dengan keadaan psikologis dan emosional seseorang.
King mengatakan aura tiap pengunjung penting untuk mengetahui kondisi fisik dan mental seseorang.
"Dengan warna auranya, akan diketahui kondisi atau kelemahan kesehatan seseorang. Bukan hanya itu, aura juga menggambarkan tingkat intelegensia dan emosi seseorang. Bahkan penyakit tekanan darah tinggi, maag dan jantung bisa dipicu faktor psikologis, misalnya stres, tegang, emosi yang labil dan sebagainya," Jelasnya.
Lebih lanjut, King menjelaskan di dalam tubuh manusia terdapat tujuh warna dasar, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, dan violet. Ketujuh warna tersebut merupakan identitas karakteristik dan hidup manusia yang ditopang tujuh pusat pula. Tujuh pusat itu merupakan aktivitas gelombang elektromagnetik (cakra).
"Jika seseorang memiliki aura yang tidak seimbang, maka orang itu menderita suatu penyakit atau kariernya terhambat. Untuk mengatasinya dibutuhkan kristal. Namun, King menjelaskan, ada persepsi salah tentang kristal. Kristal sering dihubungkan dengan dunia mistik. Kristal sering dianggap sebagai suatu 'jimat' yang dimanfaatkan secara tidak masuk akal."
Padahal, lanjutnya, kristal merupakan batu jernih dan berwarna. Warna kristal bermacam-macam. Dalam ilmu fisika kristal diketahui terdiri atas unsure silicon dioxide (S102), yaitu suatu atom silikon dan dua atom oksigen. Kristal sendiri terbentuk dalam perut bumi dari bahan dasar air, tanah, api dan udara.
Jenis kristal terdiri dari 10 jenis yang paling lunak disebut talk, sedangkan yang paling keras adalah berlian. King pernah meminta pihak Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Indonesia untuk menguji kristal dalam hasil uji kristal itu, Dr Muhammad Hikam dari MIPA UI menjelaskan semakin tinggi grafik kekristalan benda, maka semakin kuat kemampuan kristal itu menyimpan dan menyerap energi.
Karena itu, kata King, manusia membutuhkan kristal. Pasalnya dalam kehidupan manusia sering terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan itu bisa disebabkan hubungan antar manusia dan manusia, dunia sekitarnya, dirinya sendiri.
Menurut pria kelahiran 1 November 1950 di Jakarta ini, obat keseimbangannya tidak ditemukan di apotik. 'Obatnya adalah kristal yang menjadi solusi untuk menyeimbangkan hidup dan bermanfaat bagi kesehatan. Kristal dapat menyeimbangkan aura. Dengan seimbangnya aura, diharapkan kristal mampu melancarkan peredaran darah dan menjaga vitalitas tubuh, meningkatkan dan mengisi kembali stamina tubuh. Bukan hanya itu, kristal juga dapat bermanfaat mencegah penuaan, pengapuran tulang, rematik, nyeri, kesemutan, emosi tidak stabil, dan membuat hidup lebih rileks.
Kristal juga memperkuat saraf motorik yaitu menekan pikiran dan mempertinggi pemahaman serta kemampuan berpikir secara rasional dan intelektual.
Manfaat kristal bagi kesehatan dirasakan pilot Garuda, Peter Ingemar Ibnu Pracaya. Pada 1993, pria asal Tangerang itu menghadapi masalah. Ibu tercintanya menderita kanker stadium 3 B. Dokter menolak memberi pengobatan lebih lanjut, karena alasan usia, bahkan dokter memvonis ibunya akan meninggal dalam waktu 2 bulan lagi.
Tetapi, dalam waktu dua bulan itu justru ayahnya yang meninggal, karena stres menghadapi kondisi saat itu.
Mengingat upaya medis sudah tertutup, Peter berusaha mencari penyembuhan alternatif untuk ibunya. Saat terbang ke Honolulu, Peter menemui temannya, James yang menguasai Crystal Healing. James mengajari Peter untuk membantu ibunya. Setelah diberi kristal dari Brasil, Peter mencoba mengatasi penyakit ibunya. Kondisi ibunya yang telah divonis dokter itu pun berangsur-angsur membaik.
King sendiri mengaku mulai mempelajari kristal pada 1992. Saat itu ia jalan-jalan di lapangan Monumen Nasional (Monas). Tanpa sengaja dia melihat seorang pria berdiri menghadap sebuah pohon. Tangan pria itu digerak-gerakkan seperti orang menari.
Lalu, dihampiri pria itu dan ditanya sedang melakukan apa di depan pohon. Pria itu menjawab sedang menyerap energi dari pohon. "Sebenarnya gelombang energi ada hanya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang."
Sejak saat itulah King tertarik mendalami gelombang energi. (Drd/H-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar