Cari Blog Ini

Selasa, 21 Januari 2014

PENYAKIT KRONIS, HIPERTENSI BISA DIIDAP SEMUA USIA

JAKARTA, KOMPAS - Hipertensi atau  tekanan darah tinggi bukan penyakit orang tua. Bahkan, kini makin banyak orang muda mengalami. Buruknya gaya hidup menjadi pemicunya.

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Ekowati Rahajeng di Jakarta, Rabu (8/1), mengatakan, hipertensi tidak menunjukkan gejala seperti penyakit lain. "Hipertensi hanya bisa dideteksi dengan rutin mengukur tekanan darah," katanya.

Sering pusing, kepala terasa ringan atau melayang, telinga berdenging, dan terganggunya penglihatan tidak selalu mencerminkan gejala hipertensi. Gejala itu muncul akibat kecemasan yang dihadapi penderita, bukan akibat tingginya tekanan darah. 

Seseorang dianggap menderita hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan darah saat otot jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik pada saat otot jantung tidak berkontraksi.

Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, prevalensi hipertensi orang Indonesia berumur lebih dari 18 tahun mencapai 25,8 persen. Jika pada 2010 ada 156,24 juta penduduk berusia di atas 18 tahun, artinya ada 40,31 juta orang Indonesia menderita hipertensi.

Makin tinggi usia, risiko hipertensi semakin tinggi. Masalah hormonal membuat sedikit lebih banyak perempuan yang telah menopause mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. Namun, dari semua penderita hipertensi, hanya 9,5 persen yang sadar mereka mengidap hipertensi.

"Budaya masyarakat Indonesia yang hanya pergi ke dokter jika sakit membuat banyak orang tidak menyadari hipertensi yang dialaminya," kata Ekowati. Padahal, hipertensi meningkatkan risiko cedera dan berbagai penyakit kronis lain, seperti penyakit jantung koroner, stroke, kencing manis, paru obstruktif kronis, dan ginjal.

Pencegahan
Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Lily S Sulistyowati mengatakan, risiko hipertensi dapat dicegah lewat gaya hidup sehat. Selain itu, menghindari kegemukan, merokok, kurang gerak, kurang serat, konsumsi garam berlebih, minuman beralkohol, hiperlipidemia (kadar kolesterol total yang tinggi dalam darah), dan stres.

Namun, mengubah perilaku masyarakat sangat sulit. Tingkat pendidikan, kesadaran akan kesehatan, dan dukungan lingkungan sangat menentukan keberhasilah pengubahan perilaku.

Gaya hidup sehat perlu dilakukan siapa pun, baik yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Riset kesehatan Dasar 2007 menunjukkan, penderita hipertensi di pedesaan dua kali lebih banyak dibandingkan yang ada di perkotaan. Makin rendah kemampuan ekonomi, justru makin banyak yang mengalami hipertensi.

Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia Hasbullah Thabarany berharap pemerintah mengambil langkah strategis untuk segera menangani hipertensi. "Dampak sosial ekonomi hipertensi sangat tinggi," katanya.

Jika tidak segera diatasi, risiko kerugian negara akibat hipertensi bisa mencapai lebih dari Rp 300 triliun untuk biaya berobat dan hilangnya produktivitas. Ini akan membebani sistem jaminan sosial yang saat ini tengah dirintis pemerintah. (MZW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stroke Bisa Dicegah, siapa Mau?

Kebanyakan orang yang tidak berkesadaran menjalankan gaya hidup sehat,  berpotensi terserang stroke. Wah, menyeramkan sekali !!! Penyebabnya...