KURANG lebih tujuh tahun berjuang melawan penyakit degeneratif dan stroke, mantan pemain, pelatih Persebaya, sekaligus arsitek timnas Indonesia pada 1998 Rusdy Bahalwan meninggal dunia, Minggu (7/8), di Surabaya, kota tempat ia dilahirkan.
Setelah sempat disemayamkan di rumah duka di Rungkut Mejoyo Selatan I Nomor 38 Surabaya, pelatih yang semasa hidupnya sering dipanggil 'Pak Ustaz' itu dikebumikan di Permakaman Umum Pegirian, Surabaya, kemarin, dengan diiringi ribuan pelayat.
Rusdy meninggal dalam usia 64 tahun dan meninggalkan satu orang istri, yakni Ramdhani, dan tiga anak, Irfan Bahalwan, Khaira Imandina Bahalwan, dan Ikhwannurdin Bahalwan.
Menurut Ramadhani, sebelum meninggal, sang suami minta ditengkurapkan. Namun, hanya selang beberapa menit, nadi pelatih kelahiran Surabaya, 7 Juni 1947 itu tak berdenyut. "Kami melepas kepergian Mas Rusdy dengan ikhlas," ujar Ramadhani yang juga berprofesi sebagai dokter.
Kabar kematian Rusdy mengejutkan sejumlah kolega lamanya di Persebaya. Beberapa mantan pemain dan pengurus 'Bajul Ijo' langsung datang melayat ke rumah almarhum. "Beliau termasuk sosok yang sangat disiplin, baik ketika masih menjadi pemain maupun pelatih Persebaya," kata Soebodro, salah satu rekan seangkatan Rusdy di Persebaya pada era 1970-an.
Pria yang akrab disapa Bodem itu menambahkan, Rusdy tidak hanya menerapkan disiplin ketat saat menjadi pelatih, tetapi juga memasukkan sentuhan rohani untuk memotivasi anak asuhnya.
Selain pernah menjadi ikon Persebaya baik sebagai pemain dan pelatih, Rusdy pernah memperkuat tim nasional pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an, kemudian menjadi pelatih tim nasional di ajang Piala Tiger dan Asia pada 1998.
Bejo Sugiantoro dan Mustaqim yang juga pernah melambung di Persebaya pun merasa kehilangan. Bagi keduanya, Rusdy adalah pribadi yang santun dan humoris.
Kendati menderita sakit berkepanjangan, Putra pasangan Ali Bahalwan dan Rugaiyah itu masih sering memantau perkembangan berita sepakbola nasional melalui istrinya. (FL/Ant/R-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar