Fabien
Perrin dari University of Lyon, Prancis, dan rekan sejawatnya merekam
kegiatan otak pada empat pasien mereka - dua orang dalam keadaan tidak
sadar, satu orang dalam kondisi kesadaran minimal, dan seorang lagi
dalam kondisi otak yang berkembang (bayi/anak-anak).
Para
peneliti itu mengumpulkan daftar nama serta musik kesukaan atau
suara-suara bernada yang disukai tiap pasien. Tim peneliti kemudian
mengulangi eksperimen tersebut terhadap 10 sukarelawan.
Terhadap
empat pasien pada penelitian pertama, memperdengarkan musik lebih
berpengaruh jika dibandingkan dengan suara bernada dalam meningkatkan
respons otak mereka. Hasil penelitian itu dijelaskan secara rinci pada
pertemuan Association for the Scientific Study of Consciousness di
Brighton, Inggris, bulan lalu.
Untuk
menjelaskannya, Perrin memiliki dua teori. "Dengarkan musik yang berisi
tentang pengalaman hidup kita sehingga lebih mudah untuk membayangkan
hal lainnya," kata dia.
Teori
lainnya menyatakan bahwa musik meningkatkan gairah atau kesadaran
sehingga bahkan akan lebih mudah mengingat nama Anda. "Musik yang sudah
akrab di telinga dapat menimbulkan efek gairah emosi dan kadang kala
(pasien yang mengalami kerusakan otak) terbangun dari ketidaksadarannya,
layaknya sebuah jendela kecil yang membuka komunikasi dan otak bereaksi
ketika namanya dipanggil," kata Carsten Finke, ahli saraf dari Charite
Medical School di Berlin, Jerman. (Newscientist/dys/L-1/M-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar