Kelelawar
penghisap darah yang ditakuti manusia, ternyata justru dapat
menyelamatkan hidup manusia. Suatu zat kimia yang terdapat pada liur
kelelawar ini, diketahui mengandung bahan pengencer gumpalan darah yang
sangat ampuh. Hebatnya lagi, zat ini dapat digunakan dalam jangka waktu
cukup lama setelah terjadinya serangan jantung, tanpa risiko tambahan
akan terjadinya kerusakan jaringan otak. Demikian kesimpulan penelitian
pada tikus percobaan yang hasilnya dipublikasikan oleh American Heart
Association.
Mengapa
hal ini bisa terjadi? Menurut kepala tim peneliti Robert Medcalf, saat
kelelawar menggigit korbannya, ia mengeluarkan bahan yang mencegah
terjadinya penggumpalan darah sehingga darah korban tetap mengalir, dan
kelelawar dapat terus menghisap darah korban. Bahan kimia dalam liur
kelelawar ini kemudian disebut sebagai desmoteplase, atau DSPA.
Saat ini, satu-satunya obat pengecer gumpalan darah untuk stroke akut yang disetujui pemerintah Amerika Serikat adalah aktivator jaringan plasminogen (t-PA).
Tetapi agar efektif, obat ini harus diberikan kepada pasien dalam kurun
waktu 3 jam setelah serangan. Jika lebih dari itu, risiko pendarahan
otak semakin meningkat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel otak.
Karena
liur kelelawar tidak mempunyai efek yang membahayakan terhadap sel-sel
otak, para peneliti menganggap penggunaanya sangat potensial untuk
mengatasi stroke. Apalagi menurut The National Stroke Association, rata-rata pasien stroke
menunggu lebih dari 12 jam sebelum mendapatkan penanganan yang
memadai. Hanya saja, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
sebelum liur kelelawar ini dapat digunakan oleh manusia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar